Sebuah Usaha Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Minggu lalu saya dan rekan-rekan dari kantor PT Jasa Sarana melakukan survey penyaluran zakat pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Cihampelas, Cililin, sebuah desa di dekat Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang menuju Waduk Saguling. Kami diterima oleh aktivis desa, Kang Indra dan Mas Warno serta beberapa warga calon mustahiq (penerima zakat).

Mereka mengeluhkan kondisi ekonomi kebanyakan masyarakat di sana. Dahulu, sebelum adanya penggusuran tanah warga untuk keperluan waduk Saguling, warga hidup makmur dengan tanah pertanian yang luas dan subur di sekitar DAS Citarum. Program pembangunan Waduk Saguling membuat mereka mengorbankan tanah dengan dalih heroik demi kepentingan umum: Pembangkit Listrik Tenaga Air. Tanah mereka dibeli dengan harga yang murah. Dari harga yang murah tersebut, banyak hak ganti rugi yang disunat, bahkan ada beberapa warga yang tidak mendapat ganti rugi sama sekali.

Kondisi Eksisting

Akhirnya mereka hanya bisa mengolah lahan sawah di seberang DAS Citarum, yang merupakan lahan tadah hujan, sehingga dalam satu tahun mereka paling hanya mampu panen satu kali. Ironisnya lagi warga yang dulunya berkorban untuk PLTA , masih banyak yang tidak bisa menikmati listrik karena tidak mampu membayarnya.

Kami yang diajak mengitari perkampungan menjadi trenyuh, sebagian dari mereka masih tinggal di perumahan yang jauh dari layak. Belum lagi masalah lingkungan yang terjadi di sepanjang sungai anakan Saguling. Sampah-sampah rumah tangga dan pertanian masyarakat yang dibuang warga Jawa Barat di sepanjang sungai Citarum bermuara di dekat desa mereka. Bau yang tidak sedap akan muncul manakala debit air menyusut, apalagi pada saat musim kemarau. Dengan kondisi ekonomi dan lingkungan tersebut, maka tidak heran jika masih banyak warga yang menderita TBC.

Potensi

Mereka mengakui banyaknya warga yang miskin bukan karena mereka malas, akan tetapi karena terjebak pada lahan pertanian yang kurang mendukung dengan skala produksinya yang kecil. Mereka masih memiliki harapan untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik. Mereka melihat potensi pengembangan usaha peternakan di desa mereka terutama peternakan domba. Sayangnya mereka kesulitan mendapatkan akses modal. Boro-boro untuk modal beternak, untuk makan saja susah.

Potensi lainnya adalah usaha daur ulang limbah, khususnya sampah plastik, yang bermuara di dekat desa mereka. Selama ini mereka memilah dan mengumpulkan sampah untuk kemudian dijual kepada pengumpul. Mereka bermimpi jika desa mereka bisa memiliki mesin daur ulang limbah plastik sendiri tentu akan mendapat margin keuntungan yang lebih signifikan.

Sekecil Apapun Kontribusi

Dengan berjubelnya masalah yang mereka hadapi sebenarnya kami malu, karena skala kontribusi yang akan kami berikan masih sangat kecil. Alhamdulillah, rekan-rekan kantor memang telah rutin mengeluarkan zakat penghasilan mereka setiap bulan. Sementara ini sebagian dana yang terkumpul digunakan untuk program  beasiswa anak-anak yatim berprestasi di sekitar kantor kami. 

Kemarin, dana zakat yang terkumpul sudah cukup besar, sehingga kami merencanakan akan menyalurkannya melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sebagai tahap awal, akan disalurkan untuk modal usaha penggemukan domba di Desa Cihampelas. Kami berharap penerima zakat pemberdayaan ekonomi masyarakat saat  ini, satu saat nanti mampu menjadi muzakki, orang yang mampu dan mengeluarkan zakat. Sehingga dana zakat ini akan bergulir dan bergulir, menjadi sarana menggulirkan nasib mereka.

survey-zakat.jpg

Memang kontribusi kami masih kecil, tapi memang semua harus dimulai dari yang kecil. Kami bermimpi jika semua pihak yang diberi kelapangan harta menyalurkan sebagian zakatnya pada program pendidikan dan pemberdayaan ekonomi umat, tentu masalah kebodohan dan kemiskinan bangsa Indonesia bisa segera diselesaikan. Kita tidak bisa hanya menggantungkan solusi permasalah umat kepada Pemerintah saja. Mari bersama-sama memerangi kebodohan dan kemiskinan bangsa!

Leave a comment