Selamat Datang Ar Ruhul Jadid Fi Jasadil Ummat

21 Juli kemarin, telah lahir keponakan ke-dua ku, bayi laki-laki dengan berat badan 3,4 kg dan panjang 48 cm. “Selamat datang ya Ar Ruhul Jadid fi jasadil ummat (jiwa baru di tubuh umat),” bisikku kepadanya. Ia hanya menangis. Ibunya menamakannya Athallah, artinya karunia Allah. Kakaknya, Alya (4) ingin memanggil adiknya dengan nama Farrel, jauh-jauh hari sebelum Athallah lahir. Karena kami keluarga demokratis, mungkin kami akan memberinya nama Athallah Farrel.

Ia lahir saat negeri ini hendak merayakan 63 tahun hari ulang tahun kemerdekaannya. Ya negeri ini sudah merdeka enam dasawarsa, tetapi bangsa ini masih belum benar-benar merdeka. Bangsa ini masih terjajah oleh kemiskinan dan kebodohan. Dahulu kemiskinan dan kebodohan ini diakibatkan oleh penjajahan VOC yang diteruskan oleh Pemerintah Belanda. Tidak berbeda jauh, sekarang kemiskinan dan kebodohan ini akibat penjajahan korporatrokrasi, yakni sistem pemerintahan yang dikendalikan oleh korporatokrat, VOC-VOC modern.

Pak Amien Rais, dalam bukunya, Agenda Mendesak Bangsa – Selamatkan Indonesia, mengingatkan penjajahan jenis ini, yakni penjajahan oleh sistem atau mesin kekuasaan yang bertujuan mengontrol ekonomi dan politik global melalui 7 unsur: (1) Korporat besar yang mencari untung dengan membabi buta; (2) Pemerintah dengan kekuatan politiknya yang tunduk pada kepentingan ekonomi korporasi; (3) Perbankan dan Lembaga Keuangan Internasional yang mencekik lewat instrumen hutang dan memberikan resep-resep destruktif; (4) Kolaborasi militer – korporasi (new military industrial complex); (5) Media massa yang menjadi guard dog, lap dog bahkan stupid dog bagi korporasi; (6) Kaum intelektual yang mengabdi kepada kekuasaan; serta (7) Elite nasional yang bermental inlander.

Untuk menghancurkan penjajahan ini dibutuhkan jiwa-jiwa baru di tubuh umat. Jiwa-jiwa yang mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya menuju kepemimpinan alternatif, yakni:

  1. Pemimpin yang memahami bahwa kekuasaan adalah amanat rakyat yang mesti dijalankan dengan kejujuran dan kerja keras;
  2. Pemimpin yang bertekad dan memperjuangkan kemandirian nasional;
  3. Pemimpin yang benar-benar mengabdi kepada kepentingan bangsa.

Kepemimpinan alternatif inilah yang akan berani melaksanakan agenda penyelamatan dan pembangunan bangsa. Sekarang ini, agenda penyelamatan bangsa yang mendesak untuk dilaksanakan adalah: Mereview dan merevisi Undang-Undang yang tidak pro nasional, renegosiasi Kontrak Kerja Sama/Kontrak Production Sharing di bidang migas dan Kontrak Karya di bidang non migas yang nyata-nyata merugikan kepentingan bangsa, renegosiasi pembayaran hutang najis, serta revisi terhadap HPH yang dilaksanakan dengan serakah. Pada saatnya nanti, tantangan yang akan dihadapi oleh Athallah dewasa pasti akan lebih besar, korporatokrat tak akan tinggal diam.

Sebagai penutup, saya kutipkan pesan James Gibb Stuart, ekonom Amerika yang menasihati agar negara-negara berkembang jangan bergantung dan takut pada negara-negara kaya.

The sun still shines. The crops still ripen. The eager workman’s hands and skills and energies are in no way diminished – provided he can have faith in his Government to protect his earnings and an adequate rewards for himself and his family.

Betul, Athallah, mengapa kita mesti takut untuk mandiri?

Leave a comment